Open Source Software, Free vs “Free”

Sekarang saya ingin menulis masalah Open Source Software (OSS). Masih banyak pengguna OSS yang salah kaprah menurut saya. Lah kenapa menurut saya? Ya karena tulisan ini hanya sekedar tulisan saya aja :P… Tidak mereferensi ke artikel atau tulisan karya orang yang mungkin lebih bisa jadi dasar (yang ngebahas OSS secara resmi gitu…). Tapi kalo tulisan yang saya buat ini ternyata sama dengan para pemerhati OSS berarti cuma kebetulan semata hehe…

Jadi kenapa saya nulis ini? Karena ternyata masih banyak yang beranggapan bahwa Open Source adalah gratis dan Proprietary Source itu berbayar. Nah sekarang mari kita buka kamus bahasa inggris waktu jaman SD lagi… Ternyata open itu artinya "terbuka" dan source itu artinya "sumber", ga ada kata "gratis" tuh hehe…

Sebenarnya prinsip Open Source adalah keterbukaan. Jadi jika orang lain yang tertarik dengan suatu program/software tertentu (yang open source tentu saja), kemudian ingin mengembangkannya, bisa melakukan modifikasi.. jadi ga harus buat lagi dari awal ‘kan? (prinsip re-use OSS). Selain manfaat re-use, OSS juga mengakibatkan efek samping (hehe): prinsip kebebasan. Ato dalam bahasa Sunda-nye "Free". Maksudnya free/bebas melakukan perubahan pada kode sumber (source code) program yang "terbuka" itu secara bebasss, untuk tujuan tertentu.. syukur2 bisa buat program yang lebih bermanfaat… Nah, terkadang istilah free ini diartikan sama para ibu-ibu shopping plus bapa-bapa obralers (haha) sebagai free = "gratis"… Jyahh.. jadi orang2 pada takut deh berbisnis pengembangan aplikasi di ranah OSS… Karena takut itu tadi.. kerjaannya dianggap gratis. Oke jadi kesimpulannya ada 2 makna free. Yaitu free dalam arti "bebas" juga ada free dalam arti "gratis". OSS menggunakan free yang artinya "bebas". Wokehh, faham? Walopun kalimat saya belepotan semoga para blogwalker pada ngerti.. Haha..

Contoh konkrit:

Katakanlah, alkisah pada suatu hari di suatu masa, hiduplah seorang (eh.. apaan inih). Katakanlah ada sebuah aplikasi yang bisa menampilkan tulisan "Hello World".. Terus anda sebagai pengguna aplikasi ini merasa tertarik. Anda punya keinginan dan kekreatifitasan ingin mengembangkan aplikasi itu… Hmm.. tulisan "Hello World"-nya mau diganti jadi tulisan "Hidup PERSIB". Kemudian anda mendatangi authornya, yaitu Mister Onyon. Nah ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan oleh Mister Onyon kepada anda:

  1. Proprietary Oriented: Mister Onyon tidak mau ngasih source code programnya itu. Tapi meminta anda ngasih masukan untuk sistem yang anda inginkan. Karena tadi anda mau ada tulisan "Hidup PERSIB", maka Mister Onyon mengembangkan aplikasinya itu sendiri (TANPA campur tangan anda). Ketika aplikasi jadi, source code tetap disimpan oleh Mister Onyon. Yang diberikan Mister Onyon kepada anda hanyalah binary programnya (hasil compile program-nya) yang sudah tidak terbaca oleh manusia =P
  2. Open Oriented: Mister Onyon mau ngasih source code programnya itu. Nah kalo source codenya dikasih kayak gini ‘kan enak… Sekarang anda bisa manfaatin ato kembangkan deh si program… Contoh memanfaatin: hari ini membuat tulisan "Hidup PERSIB" terus besok tulisan "Turunkan TDL!!" terus buat tulisan "Ganyang Israel"…. Terserahhh… Feel free to modify = Bebassss… Hehehe… Contoh mengembangkan program Mister Onyon: selain menampilkan tulisan dari program, anda juga membuat form inputan dari pengguna. Jadi kalo pengguna masukin kalimat tertentu, kalimat itu akan muncul dari program, dst…
  3. Untuk poin 1 dan 2, kalau masalah bayar atau gratisnya, tanyain aja langsung ke Mister Onyon… haha…

Sekarang anda pilih yang mana? Yang no. 1 mantap ‘kan… Tinggal bilang aja mau dibuatin blablabla.. Kita tinggal tunggu jadi tanpa harus pusing mempelajari source code. Untuk no. 2 lebih mantap… tinggal belajar aja, kita malah bisa membuat aplikasi baru… lebih bebassss… Hm.. semua kembali ke anda mau pilih yang mana. Yang penting mah taat ke peraturan dan hukum yang berlaku. Yang make software tak berlisensi yaaa silakan introspeksi diri (haha). Bagi yang menggunakan OSS sangat ditunggu kekreatifitasannya dan kebebasan berekspresi untuk membuat software baru… dan jangan lupa… di "buka" lagi kode sumber nya untuk orang lain. Sehingga bisa saling membangun. Kalo udah begitu, yang untung bukan cuma para pengembang program aja. Tapi juga end user atau "simpatisan" OSSnya ‘kan? Untuk golongan simpatisan ini, sebenarnya ga ada bedanya make OSS sama proprietary… Karena make OSS bukan untuk dikembangkan atau dimodifikasi, tapi cuma untuk dipake. Ah anyway, manfaat komunitas OSS, sesuai kata Mas y3dips (kalo gak salah) yg berbunyi:

"budaya open source adalah budaya yang membangun dan layak untuk dibangun"

Selain masalah salah kaprah tentang OSS yang berbayar dan gratis, ada lagi yang masih terlihat salah terhadap OSS yang lain nih.. Yaitu masalah penggunaan Open Source. Pertanyaan yang menimbulkan masalahnya adalah begini: "Kapan Anda menggunakan OSS?". Ternyata banyak yang masih bingung jawabnya. Ada yang beralasan ga bisa jawab karena masih menggunakan sistem operasi proprietary terkenal sejagad raya bernama Windows. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Sebenarnya jawabannya sederhana: yaitu kembalikanlah ke ranah OSSnya lagi… Untuk kasus di atas mungkin kernelnya tidak open source. Tapi bisa saja aplikasi yang digunakan sehari2 adalah OSS…

Katakanlah ada Mister Bogel yang pengguna setia Windows (genuine lagi..). Selain memanfaatkan Windows (operating system proprietary), Mister Bogel adalah seorang pengembang aplikasi web. Dia menggunakan IIS (web server proprietary) sebagai toolsnya. Kemudian pada IIS-nya dia menanamkan PHP engine, menginstall dan mengkonfigurasi MySQL server agar bisa berjalan baik di komputernya. Untuk mengecek hasil desain aplikasi web nya, Mister Bogel menggunakan Mozilla Firefox. Untuk contoh ini, maka:

  • Kernel Windows Mister Bogel emang bukan OSS. Source code kernel Windows tidak disediain untuk publik secara bebas woy… (Proprietary)
  • Web Server IIS Mister Bogel juga tidak bisa dimodifikasi seenaknya. Karena source codenya hak cipta Microsoft (Proprietary)
  • MySQL Server Mister Bogel adalah salah satu produk OSS. Kalo ga percaya anda bisa download source codenya di situsnya. Siapa tau pengen ngembangin MySQL Server versi sendiri gitu.. Hehe. Dalam contoh ini, Mister Bogel hanya sekedar memanfaatkan OSS. Tapi ‘kan tetap menggunakan OSS
  • Browser yang dipake Mister Bogel juga produk OSS. Sekali lagi walopun hanya sebagai pengguna, tanpa modifikasi sedikitpun pada source code Mozilla Firefoxnya.

Oke, sekian opini saya dalam tulisan ini. Kesimpulannya,

  1. Untuk tulisan bagian satu diatas, Free pada OSS adalah free dalam arti "bebas", bukan "gratis". Karena tidak semua OSS dihargai 0 rupiah alias gratis. Lagian.. ga semua Proprietary Source juga berbayar.. ada juga yang 0 rupiah alias freeware. Lah?! Hmm… 😉
  2. Untuk tulisan yang kedua, alangkah bagusnya jika kita menggunakan OSS secara menyeluruh. Mulai dari pake kernel yang memang kode sumbernya terbuka kyk Linux (hehe promosi) atau *BSD. Sampe aplikasi2nya juga OSS.
  3. Pengguna OSS ada dua jenis menurut saya.. Yaitu golongan yang memang butuh source code dari program lain untuk pengembangan softwarenya lebih lanjut. Serta golongan simpatisan OSS aja :P.
  4. Karena prinsip berbagi source code seperti berbagi jasa aja. Kalo ada orang lain yang ngasih source code secara cuma-cuma, maka sepertinya gimana2 gitchu kalo kita yang pengembang juga ga ngasih harga cuma-cuma juga… hhehe…

8 thoughts on “Open Source Software, Free vs “Free”

  1. Pingback: INSTALL OS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.